- Adaptasi Cerdas Iklim melalui Agroforestri Kopi Berbasis Pengetahuan Lokal di Hulu DAS Merawu
- Identifikasi Karakteristik Mata Air serta Rancangan Konservasi Mata Air Berbasis Zonasi di Desa Binangun Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara
- Prediksi Erosi pada Lahan Agroforestri di Daerah Tangkapan Air Gintung Sub DAS Merawu Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara
- Prediksi Erosi Dengan Metode Erosion Bridge Pada Lahan Agroforestri Kopi Robusta (Coffea Canephora) di Desa Binangun, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara
- Intersepsi Tajuk pada Lahan Agroforestri Kopi Robusta (Coffea canephora) di Desa Binangun Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara
Identifikasi Karakteristik Mata Air serta Rancangan Konservasi Mata Air Berbasis Zonasi di Desa Binangun Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara
Desa Binangun yang berada di hulu Sub-DAS Merawu, bagian dari DAS Serayu, memiliki peran penting sebagai daerah tangkapan air. Namun, degradasi lahan, penurunan tutupan vegetasi, dan tekanan pembangunan menyebabkan berkurangnya debit serta kualitas mata air. Data mengenai karakteristik mata air masih terbatas, padahal informasi tersebut sangat penting sebagai dasar pengelolaan dan konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi karakteristik mata air di Desa Binangun dan (2) menyusun rancangan strategi konservasi berbasis zonasi sesuai guna menjamin keberlanjutan sumber daya air di wilayah hulu. Penelitian dilakukan pada Februari–Mei 2025 di Desa Binangun, Banjarnegara, dengan metode sensus seluruh mata air menggunakan pendekatan Asset-Based Community Development (ABCD).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa teridentifikasi 15 mata air yang tersebar di lereng landai hingga sangat curam dan tetap mengalir sepanjang tahun dengan penurunan debit saat musim kemarau. Seluruh lahan tempat mata air berada merupakan milik masyarakat dan dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, serta perkebunan, kecuali pada titik 15. Tipologi mata air bervariasi, meliputi contact spring, depression spring, fracture spring, dan fault spring dengan magnitudo IV–VII. Kualitas fisik–kimia air memenuhi baku mutu, namun seluruh sampel belum layak untuk dikonsumsi langsung karena mengandung parameter mikrobiologi. Oleh karena itu, strategi konservasi berbasis zonasi diperlukan melalui kombinasi tindakan mekanis, vegetatif, dan pengaturan aktivitas masyarakat guna mencegah pencemaran serta menjaga keberlanjutan mata air.
Ditulis oleh: Alfin Danang Kumoro